Ujaran Kebencian Menteri Inggris: Hamas Harus Lenyap!
Senin, 30 Oktober 2023 – 16:23 WIB
VIVA – Anggota Parleman Inggris Raya, Robert Halfon, memberikan ujaran kebencian usai militer Israel meningkatkan serangan darat di Jalur Gaza, Palestina, 30 Oktober 2023.
Baca Juga :
Terungkap, Oknum Paspampres Praka RM Sempat Kawal Iriana Jokowi Sebelum Culik dan Bunuh Imam Masykur
Halfon menyatakan jika Hamas harus dilenyapkan dari muka bumi, dan menuduh Hamas Palestina sebagai organisasi teror pembantai 1.400 warga sipil Israel pada 7 Oktober 2023.
Politisi dari Partai Konservatif Inggris juga memfitnah Hamas melakukan genosida terhadap penduduk Israel. Padahal, total korban di pihak Palestina sudah mencapai lebih dari 8.000 orang.
Baca Juga :
Pembawa Berita Pakai Syal Palestina, Dewan Pers: Bukan Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik
Tak hanya itu, penghancuran Hamas dinilai Halfon akan mensejahterakan rakyat Palestina. Sementara, selama ini Hamas adalah faksi yang senantiasa memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
“Apa yang terjadi pada tanggal 7 Oktober adalah serangan terburuk terhadap orang Yahudi sejak Holocaust. Kami selalu bilang jangan pernah lagi, tapi sudah terjadi lagi,” ujar Halfon dikutip VIVA Militer dari
Baca Juga :
Pemerintah Palestina Ungkap Serangan Israel Sejak 7 Oktober Hancurkan 47 Masjid dan 3 Gereja
“Jadi, Israel harus melakukan segala kemungkinan untuk memastikan bahwa Hamas dilenyapkan. Bukan hanya demi Israel tapi juga kesejahteraan rakyat Palestina,”
Negara-negara sekutu Israel bahkan tidak meyakini jika jumlah korban sipil Palestina akibat serangan militer Israel lebih dari 8.000 orang.
Alasannya, jumlah tersebut belum bisa diverifikasi secara independen. Baik informasi yang berasal dari video dan foto-foto yang berasal dari Gaza.
Militer Israel mengklaim telah menyerang lebih dari 600 instalasi pasukan Hamas selama beberapa hari terakhir.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) bahkan terus memperluas operasi darat, di Jalur Gaza, dengan menyerang daerah rumah sakit Shifa dan Al-Quds di Gaza.
Halaman Selanjutnya
Alasannya, jumlah tersebut belum bisa diverifikasi secara independen. Baik informasi yang berasal dari video dan foto-foto yang berasal dari Gaza.